Rabu, 30 Januari 2013

EC-ITS 0.1 Mobil Sport Karya Mahasiswa ITS



Electric Car  ITS

SURABAYA | DNA - Karya fenomenal kembali lahir dari tangan-tangan kreatif sivitas akademika ITS. Sebuah mobil listrik jenis 4-Seater Electric City Car secara resmi diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA. Tak hanya itu, mantan rektor ITS ini juga diberi kepercayaan untuk memberikan nama terhadap mobil listrik yang menjadi ikon baru kampus perjuangan.
   
Nuh menjelaskan lahirnya EC-ITS 1.0 ini menjadi awal yang bagus untuk perkembangan mobil listrik di Indonesia. Pasalnya, saat ini pemerintah sedang mengembangkan proyek mobil listrik nasional (Molinas) yang digawangi oleh lima perguruan tinggi nasional. Mereka adalah Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Sebelas Maret (UNS).

Istilah EC-ITS 1.0 sendiri diambil dari filosofi mobil listrik itu sendiri. Kata EC yang dibaca easy memiliki makna bahwa membuat mobil listrik itu mudah jika kita mau. Sedangkan kata ITS 1.0 mengartikan bahwa mobil listrik ini karya anak ITS versi pertama.

Nuh turut berpesan agar ITS tidak hanya melakukan penelitian untuk mengembangkan mobil ini saja. Namun, pemberian edukasi kepada masyarakat juga perlu dilakukan. ''Jika masyarakat dan kampus mampu bersinergi, bangsa Indonesia pasti bisa maju,'' tuturnya.

Sementara itu, Rektor ITS, Prof Dr Ir Tri Yogi Yuwono DEA mengatakan munculnya mobil listrik ini juga menjadi bukti bahwa insinyur-insinyur muda Indonesia sangat berkualitas. Mereka hanya perlu diberi kesempatan lebih untuk menunjukkan kemampuan mereka yang sebenarnya. ''Saya percaya insinyur muda mampu memajukan bangsa,'' ujar dosen Jurusan Teknik Mesin tersebut.

Untuk komponen utama dari EC-ITS 1.0 sendiri hampir seluruhnya buatan anak ITS. Mulai dari sistem penggerak, platform, body design, hingga sistem kontrol. Hanya baterai dan motor saja yang terpaksa harus beli karena penelitian yang dilakukan masih belum selesai. ''Nantinya seluruh komponen mobil ini murni dari ITS,'' jelas Dr Muhammad Nur Yuniarto, dosen pembimbing proyek EC-ITS 1.0.

Namun, untuk daya dari mobil listrik ini, Nur menjelaskan baru dapat menampung lima kilowatt per jam . Sehingga, kecepatan maksimum yang dapat dicapai hanya sekitar 40 kilometer per jam. ''Kami akan terus mengembangkan mobil ini hingga nantinya mampu mencapai kecepatan 80 kilometer per jam,'' tutur dosen jurusan Teknik Mesin ITS tersebut.

Meskipun secara fundamental mobil listrik sudah sangat baik, alumnus Jurusan Teknik Mesin ITS ini tidak menyarankan melakukan test drive di jalan umum. Pasalnya, masih banyak kekurangan dan kelemahan yang perlu disempurnakan hingga nantinya layak untuk digunakan secara massal. ''Yang paling penting, unsur safety harus diprioritaskan,'' ujarnya. (sam/its)

Sumber : DNAberita
Editor    : Abbe

Selasa, 29 Januari 2013

Pesawat Jet rancangan Habibie akan terbang (lagi).



Pesawat N2130 Rancangan Prof. B.J. Habibie 17 tahun lalu

Hanya seminggu sebelum peringatan Hari Kemerdekaan RI yang ke -67, tepatnya pada hari Sabtu 11 Agustus 2012 lalu, dilakukan penandatanganan “proyek re-born” pembangunan kembali hingga menerbangkan pesawat komuter pertama buatan bangsa Asia Tenggara yaitu pesawat komuter propeler (baling-baling) N-250 yang diberi nickname Gatot Kaca, akan dihidupkan lagi, oleh sang bidan, si pencetus ide-ide “gila” dirgantara Indonesia, Profesor Baharuddin Jusuf Habibie, mantan Menristek RI di tahun 1980-an dan Presiden RI ke-3.
Saya katakan, pak Habibie adalah “jenius gila” kedirgantaraan Indonesia, bukanlah dengan maksud menghina beliau, apalagi dengan tingkat kecerdasan yang diakui bangsa Jerman, bahwa Habibie adalah penasihat utama industri penerbangan Jerman, termasuk tokoh di balik pembangunan pesawat jet tempur Jerman, Tornado.

Namun saya justru menaruh hormat setinggi-tinggi nya pada beliau yang tak kenal menyerah, ingin menjadika bangsa Indonesia sebagai pionir industri dirgantara Asia Tenggara, bahkan menjadi salah satu yang terbaik di dunia bahkan Asia. Mengingat untuk industri otomotif, harus diakui Indonesia sudah kalah jauh dari Malaysia dengan mobil Proton dan Perodua nya yang telah mendunia.
Beliau sempat membisiki Presiden Soeharto, bahwa untuk mengejar ketertinggalan dari Malaysia, jangan ikut-ikutan membuat mobil, namun bangunlah industri dirgantara. Tanpa disadari banyak orang, Indonesia sebelum Habibie sebenarnya telah pernah punya seorang pembuat pesawat terbang jenius, yaitu pak Nurtanio, yang namanya sempat diabadikan sebagai nama pabrik pesawat terbang pertama di Indonesia.

Jika pak Habibie harus sekolah di Jerman dahulu baru mampu membuat pesawat terbang, maka mendiang Nurtanio mempelajarinya secara otodidak. Persis seperti sinyo Belanda kelahiran Blitar, Jawa Timur, Anthony Fokker, yang bahkan di era 1960 hingga 80-an sempat mendirikan industri pesawat terbang komersial terbaik ketiga dunia setelah Boeing dan Mc Donell Douglas, yaitu Fokker.

Bahkan Fokker adalah perusahaan dirgantara terbaik Eropa sebelum negara-negara pesaing Belanda, seperti Inggris, Jerman, Prancis dan Spanyol bersatu membuat Airbus Industrie.
Bermodalkan hal itulah, Habibie meyakinkan para pemimpin Indonesia, terus menerus sejak jaman Presiden Soeharto hingga Susilo Bambang Yudhoyono sekarang, bahwa mendirikan industri dirgantara yang padat karya menggunakan sebagian besar, bila perlu 100% tenaga ahli Indonesia, adalah hal yang mungkin terjadi bahkan, kemungkinan besar sukses !
Di saat banyak orang Indonesia masih menganggap bahwa bangsa nya adalah bangsa pembeli, konsumtif, Habibie sejak ditugaskan memimpin BPPT, telah mengindoktrinasi para anak-anak muda cerdas Indonesia, bahwa bangsa Indonesia sejak tahun 1970-an harus mulai mensejajarkan diri dengan bangsa Jepang dan Jerman, yaitu mampu membuat pesawat dan kapal laut sendiri.

Beliau tidak lagi bicara bangsa Malaysia, Singapore, Thailand atau bahkan Korea Selatan dan RRC. Saya masih ingat bahkan di awal tahun 1990-an pak Habibie sepulang nya kunjungan dari Beijing, mengatakan bahwa industri dirgnatara Indonesia saat itu udah unggul 30 tahunan dari industri dirgantara China.

Nah, sekarang jika kita melihat bahwa RRC bukan hanya telah mampu membuat jet tempur sekelas Sukhoi, namun juga mampu membuat rudal antar benua (untuk yang ini, Indonesia sedang belajar alih teknologi mulai dari rudal jarak pendek C-75), bahkan mereka telah mampu menerbangkan manusia ke ruang angkasa dengan roket sendiri.

Sementara Habibie yang sempat begitu semangat (saya lebih suka mengatakannya begitu, ketimbang menuding beliau, menyombongkan diri), meyakinkan bahwa bangsa Indonesia di tahun 80 dan 90-an berada di depan RRC, kini proyek-proyek nya melalui PT IPTN (nama baru PT Nurtanio), dijegal beramai-ramai baik oleh pihak asing melalui IMF maupun saudara sebangsa nya sendiri dengan mengatas namakan reformasi, sejak “krisis ekonomi” tahun 1998, yang berakhir dengan kejatuhan “pelindung” Habibie, yaitu Presiden Suharto.
Padahal ketika itu, Habibie dan PT IPTN sedang getol mempersiapkan perijinan laik terbang dari FAA untuk pesawat N-250. Pesawat baling-baling komersial yang menggunakan teknologi fly by wire pertama di dunia ketika itu.

Proyek ambisius lainnya adalah jet komersial jarak menengah dengan kapasitas di bawah 200 orang, yaitu N 2130 yang berkapasitas sesuai nama nya, 130 penumpang, menggunakan teknologi yang sekelas pesawat jumbo jet. Ketika itu, jika sebelum tahun 2000 jadi terbang, maka bisa dibayangkan betapa akan larisnya pesawat tersebut diserap booming airline low cost yang saat ini terbukti sebagai pangsa pasar utama pesawat jenis ini.
Walhasil, dengan gagalnya N 250 dan N 2130 terbang, kini yang menikmati untung adalah perusahaan-perusahaan seperti Embraer Brazil, Bombardier Canada, bahkan para raksasa seperti Boeing dan Airbus yang ikut-ikutan mebuat pesawat jenis ini, karena memang lebih cepat terjual.

Bahkan untuk Boeing 737-900, LION AIR, maskapai low cost terbesar Indonesia seteah Air Asia Indonesia, adalah pengguna terbanyak di dunia.
1345520825398018484
Pesawat N250 Rancangan B.J. Habibie

Terbukti ide pak Habibie bukan ide gila. Namun pemerintah Indonesia lah yang “ngawur” , karena tidak memproteksi industri pelopor kelas dunia seperti ini, malah dibiarkan diterpa badai korupsi, krisis ekonomi, hingga penjualan yang dibarter dengan beras ketan dan mobil Melayu, Proton. Bahkan sempat hampir dipailitkan di pengadilan, jika pemerintah SBY tidak segera insyaf, dan berupaya menyelamatkan segera perusahaan tersebut

Sekali lagi salut dengan Pak Habibie.
Setengah kecewa dan agak putus asa dengan dukungan Pemerintah Indonesia terhadap PT Dirgantara Indonesia (nama baru dari PT IPTN) selama ini, beliau memutuskan untuk mengajak putranya sendiri, satu-satunya mungkin manusia di dunia ini yang beliau percaya untuk mendukung ide gila nya, setelah istri nya, Hj. dr. Ainun Habibie wafat tahun lalu.
Sang junior yang juga seorang insinyur dirgantara cum laude lulusan Aachen Jerman, Dr. Ing. Ilham Habibie diajak untuk mendirikan perusahaan industri dirgantara swasta pertama di Indonesia, kompetitor sekaligus diharapkan akan menjadi mitra utama PT DI. Nama perusahaan tersebut adalah PT Regio Aviasi Industri (RAI). PT tersebut didirikan dua perusahaan swasta, PT Ilhabi milik putra sulungnya, Ilham Akbar Habibie, yang memegang saham 51 persen dan PT Eagle Capital milik Erry Firmansyah yang memegang saham 49 persen.

Di perusahaan tersebut Habibie menjadi Ketua Dewan Komisaris. Pada Sabtu lalu 11 Agustus 2012 dilakukan penandatanganan proyek pengembalian dan penyelesaian kembali pesawat N250 yang sempat terhenti.

“Kami akan `redesign` (desain ulang) pesawat, salah satunya mesin. Ini perlu karena ada gap teknologi telah tertinggal kurang lebih 20 tahunan,” ujar pemilik 46 paten di bidang Aeroneutika itu.

“N250 is still the best,” kata Habibie , tetap dengan gaya pede nya yang saya sebut “jenius gila” di atas, di sela-sela Open House menyambut Hari Raya Idul Fitri 1433 Hijriah di kediamannya di Jalan Patra Kuningan XIII, Jakarta, Minggu 19 Agustus 2012.
Habibie mengatakan pesawat tersebut akan dapat terbang dalam lima tahun ke depan dengan perubahan rancangan pesawat yang serba digital.
Target berikutnya jika N-250 berhasil kembali tampil dalam kancah industri dirgantara dunia, apalagi jika berhasil tampil sebagai pionir ataupun pemimpin pasar di kelas nya, maka para insinyur dan tenaga ahli di PT RAI akan dikerahkan langsung pada proyek berikutnya….menghidupkan kembali proyek pesawat jet komersial N 2130 yang mungkin ditargetkan terbang komersial sekitar 10 tahun lagi.

Di saat sebagian besar pejabat dan pemimpin bangsa ini sibuk dengan “bagi-bagi jatah” harta dan kekuasaan serta suara partai politik, ribut-ribut soal kasus korupsi, Habibie yang 10 tahun lalu sempat dituding sebagai salah satu penguras keuangan negara dan “maling uang rakyat”, justru membuktikan dirinya bahwa belau masih tetap memikirkan rakyat, ketimbang menguras uang rakyat lalu berfoya-foya hanya untuk keluarganya sendiri.

Beliau berfikiran ala Deng Xiaoping dan Sun Yat Sen, bahwa bangsa nya adalah bangsa yang besar karena prestasi, bukan besar sekedar dari jumlah penduduk atau luas wilayah saja.
Prestasi yang paling beliau kuasai dan paling ingin beliau wujudkan adalah membangun industri dirgantara Indonesia yang mandiri yang berkelas dunia. Beliau berusaha memanggil kembali para mantan murid-murid nya, tenaga-tenaga ahli kedirgantaraan Indonesia yang sejak krismon 1998, bertebaran mencari nafkah di luar negeri, karena ketika itu industri dirgantara Indonesia mati suri. Bahkan PT IPTN di awal dekade 2000-an sempat mencari side job membuat antena parabola! Demi kelangsungan hidup perusahaan. Ironis sekali.

Kini Habibie mencoba membangkitkan lagi mesin penggerak industri dirgantara pertama di Asia Tenggara tersebut, namun melalui kendaraan yang berbeda, dikarenakan beliau mulai meragukan kemampuan dan integritas PT DI, sebagai kendaraan lama beliau, yang terlalu banyak dicampuri tangan politik.

Sekali lagi, beliau tidak pernah berfikiran hanya sekedar ingin Indonesia menjadi yang terbaik di Asia Tenggara atau Asia saja.

Sejak tahun 1980-an, beliau sudah ingin “menghadapkan” industri penerbangan Indonesia dengan Boeing dan Airbus! Tentu untuk kelas tertentu seperti helikopter ataupun pesawat komuter maupun pesawat jet komersial kelas menengah.
Beliau mengakui sendiri bahwa masih sangat jauh, untuk Indonesia mampu membuat pesawat sekelas jumbo jet, ataupun freighter cargo sekelas Hercules ataupun Antonov.
Bahkan Embraer pun menurut beliau seharusnya berada di bawah Indonesia prestasinya, jika PT IPTN atau yang sekarang bernama PT DI tidak diterpa badai krisis tahun 2000 -2007 lalu.
Semoga sukses Pak Rudi (panggilan kecil pak B.J Habibie) !

Mudah-mudah usia bapak cukup panjang untuk melihat impian yang sempat tertunda ini, terwujud menjadi nyata. Kami generasi muda Indonesia berada di belakang Anda selalu, selama pak Rudi konsisten dengan janji, tekad, impian dan kejujuran, karena kami tahu selain cerdas, pak Rudi Habibie juga satu dari sangat sedikit pemimpin Indonesia yang memiliki IQ dan ESQ sama tingginya.

Cerdas, tegas dan taat pada Allah SWT.

Minggu, 27 Januari 2013

PATROLI TNI: 100 PATOK TAPAL BATAS RI-MALAYSIA HILANG



Patok perbatasan RI-Malaysia
Patok perbatasan RI-Malaysia (Foto:Pendam Tanjungpura)

Perbatasan RI-Malaysia khususnya yang menjadi wilayah tugas Satgas Yonif 123/Rajawali Kodam XII Tanjungpura saat ini situasi dan kondisinya masih terkendali. Namun sebanyak 100 patok telah hilang, dikatakan Komandan Satgas Yonif 123/Rajawali Letkol Inf Musa David Hasibuan. Hal ini didasarkan dari peninjauan ke patok perbatasan dan ke sejumlah pos-pos perbatasan di sepanjang garis perbatasan 966 km Kalimantan Barat.

"Patroli patok perbatasan ini di tempuh dengan berjalan kaki. Medan merupakan suatu tantangan tersendiri bagi para prajurit yang menjadi tanggung jawab dalam mengamankan patok perbatasan RI-Malaysia", ungkap Letkol Musa.

Menurutnya, Patroli ini untuk mengecek keamanan wilayah RI-Malaysia yang hasilnya kondusif. Selain itu patroli patok perbatasan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya segala jenis kegiatan ilegal dalam bentuk apapun serta untuk mencegah terjadinya pelintas batas yang tidak memenuhi persyaratan dalam prosedur yang berlaku.

Disampaikannya, total patok disepanjang garis perbatasan Kalbar yang menjadi pengawasan oleh Pamtas (Pengamanan Perbatasan) sebanyak 5.784 patok, yang terdiri dari :
Tipe A, jarak patok 300 km, jumlah 3 patok
Tipe B, jarak patok 50 km, jumlah 18 patok
Tipe C, jarak patok 5 km, jumlah 80 patok
Tipe D, jarak patok 2-100 m, jumlah 5.673 patok

"Untuk menyisir patok melalui jalur darat perbatasan ini dilakukan secara estafet oleh prajurit diwilayah kerja masing-masing, karena di Kalbar sepanjang 966 km tersebut berdiri pos-pos pengamanan," jelasnya.
Patok perbatasan RI-Malaysia
Patok perbatasan RI-Malaysia
Diungkapkannya, hasil patroli patok batas yang telah didata terdapat kurang lebih 100 patok yang hilang dan sudah ditandai dengan menancapkan paralon cor serta diberikan kode patok. Karena untuk menggantikan patok yang hilang harus dilakukan oleh kedua negara, tidak bisa dilakukan penggantian sepihak.

"Untuk patok yang hilang kita hanya memberikan tanda dengan memasang pipa cor dan diberi kode serta nomor pada pipa tersebut. Tidak perlu khawatir karena titik koordinat tidak akan berubah. Banyak faktor penyebab hilangnya patok tersebut, seperti faktor alam, pembukaan lahan dan sebagainya namun titik koordinat tidak akan berubah," tandasnya.

Selain itu, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, Pos Satgas Yonif 123/Rajawali selalu mendata warga yang keluar masuk dari kedua negara dan selanjutnya diserahkan ke kantor Imigrasi setempat untuk ditindaklanjuti bagi yang tidak memenuhi persyaratan.

Sumber: Pendam Tanjungpura

Minggu, 20 Januari 2013

GARUDA III KONGO : 30 PERSONEL KALAHKAN 3000 MILISI


                                          Ilustrasi. Kontingen Garuda di masa kini

Tahun 1962, Kongo, negara di belahan Bumi Afrika sedang bergolak, TNI kembali diundang untuk Misi Perdamaian PBB dengan nama Kontingen Garuda III (Konga III) di bawah pimpinan Letjen TNI (Purn) Kemal Idris (Alm). Garuda III diambil dari dari Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur lainnya.

Pasukan ini berangkat dengan pesawat pada bulan Desember 1962, dan berada di medan tugas selama delapan bulan di bawah UNOC (United Nations Operation in the Congo). Mereka di tempatkan di Albertville. Di tempat ini telah disiapkan satu kekuatan pasukan besar, yang terdiri dari 2 batalyon kavaleri. Sedangkan Batalyon Arhanud di tempatkan di Elizabethville, yang menjadi wilayah kekuasaan tiga kelompok milisi yang ingin memisahkan diri, di bawah pimpinan Moises Tsommbe dari pemerintah Republik Demokratik Kongo pimpinan Presiden Kasavubu.

Daerah ini terkenal dengan kekayaan mineralnya. Sempat terjadi beberapa pertempuran sengit antara pasukan PBB dari India melawan kelompok-kelompok pemberontak tersebut. Disini interaksi antara pasukan Garuda III dengan pasukan PBB lainnya sangat erat. Mereka terdiri dari pasukan Filipina, India, bahkan Malaysia. Walaupun ditanah air konfrontasi Ganyang malaysia dikumandangkan, interaksi persahabatan antara Garuda III dengan Malaysia tetap terjalin erat. Tanpa sedikit pun permusuhan (profesionalitas personel Garuda III).

Pasukan PBB asal India merupakan yang terbesar dan terbanyak jumlahnya. Mereka terorganisir dengan sangat baik. Mereka ditempatkan di kawasan-kawasan vital yang penting dan strategis. Sebaliknya Garuda III yang hanya berkekuatan kecil, mampu melakukan operasi taktik gerilya yang terkenal dalam sejarah PBB sehingga mencapai sukses besar. Disamping itu, personel Garuda III sangat luwes, pandai bergaul dengan penduduk setempat sehingga mereka menaruh kepercayaan besar kepada pasukan Garuda III.

Pasukan Garuda III mengajarkan bagaimana cara mengolah masakan Indonesia, membuat kue, serta menyayur daun singkong sehingga enak dimakan. Padahal mereka mengetahui memasak singkong hanyalah untuk makanan inti dengan cara dibusukkan, dikeringkan, ditumbuk jadi tepung baru dapat dimasak. Dengan adanya interaksi dan hubungan dengan penduduk setempat, maka semua program yang direncanakan berjalan dengan baik. Penduduk setempat menaruh simpati pada program yang dicanangkan, misalkan melakukan tindakan pengamanan daerah setempat dari pengacau. Dengan spontan tanpa di perintah, masyarakat memberitahukan kepada personel Garuda III, bila akan ada serangan yang di lancarkan oleh gerombolan pengacau.

Suatu hari terjadi serangan mendadak ke markas Garuda III. Pertempuran dan tembak menembak terjadi dari jam 12.00 malam hingga dinihari. Markas Garuda III terkepung dengan rapat. Semua personel merapatkan barisan, berusaha menangkis serangan tersebut. Menurut Informasi Intelijen, serangan dilakukan oleh sekitar 2000 pengacau, hasil gabungan 3 kelompok pemberontak. Sedangkan markas komando Garuda III dipertahankan sekitar 300an personel, 40 persen dari seluruh kekuatan Garuda III di Kongo. Tidak ada korban jiwa dari Garuda III, hanya beberapa yang cedera ringan dan langsung ditangani tim medis lapangan. Menjelang subuh, gerombolan pengacau mengendurkan serangan kemudian menarik diri ke basis mereka di wilayah gurun pasir yang membentang gersang.

Hasil konsolidasi pasukan, maka di bentuk tim berkekuatan 30 orang personel RPKAD sebagai tim bayangan sekaligus tim terdepan untuk pengejaran hingga ke markas pemberontak sekalipun. Mereka bergerak cepat pada jam 06.00 waktu setempat, dengan perlengkapan garis 1 untuk pengejaran. Semangat tinggi dan berkobar terlihat jelas di wajah-wajah mereka yang terpilih. Iringan doa rekan-rekan di markas, juga dari pasukan PBB lain, mengiring langkah kaki mereka. Menuju kawasan "no mand land" -wilayah tak bertuan-, yang menjadi daerah kekuasaan pemberontak, sekaligus juga merupakan daerah terlarang untuk pasukan PBB. Di kawasan itu, 2 kompi plus Pasukan India pernah di bantai tanpa tersisa.

Pasukan ini di pimpin seorang Kapten dengan dibantu 5 orang Letnan. Dengan penyamaran layaknya kumpulan suku pengembara, mereka bergerak dalam 3 kelompok yang saling berkomunikasi, tidak lupa kambing, sapi, bakul sayuran di bawa bersama untuk penyamaran. Badan dan wajah di gosok arang sehingga hitam dan menyerupai penduduk asli tempatan, ada juga personel yang berpakaian wanita dan menjunjung bakul sayuran daun singkong. Mereka bergerak melambung melalui pinggiran danau, melewati "no mand land" tujuan akhir.

Data intelijen yang didapat mengatakan kekuatan musuh diperkirakan 3000an bersenjatakan campuran termasuk RPG/Bazooka dan beberapa tank, panzer, bisa dimaklumi sebab ini markas mereka, tentara lain belum memasuki wilayah yang dijaga ketat tersebut. Memasuki senja, personel bermalam dipinggiran danau sambil mengatur strategi penyerangan. Dikejauhan terlihat kerlip lampu-lampu dari markas pemberontak. Menurut data intelijen lagi, suku-suku di kongo, termasuk pemberontak sangat takut akan Hantu Putih (sosok berpakaian putih yang berbau bawang putih). Nah, disinilah strategi penyamaran diubah. Dibalik pakaian loreng darah mengalir mereka, terbungkus jubah putih yang menggerbang ditiup angin danau. Sambil tidak lupa dengan rantai bawang putih yang baunya harum semerbak.

Persiapan penyerangan dari danau dengan menggunakan kapal yang dicat hitam-hitam pun dipersiapkan. Menunggu jam 12.00 tengah malam. Isyarat serangan pun diberikan oleh sang komandan. Dengan gesit, ke 30 orang personel RPKAD mengambil posisi masing-masing. Penyerangan tepat di mulai jam12.00 tengah malam, dengan kapal yang di digelapkan warnanya di atas Danau Tanganyika, tidak berapa jauh dari daerah "no mand land." Ke 30 personel yang menyamar menjadi "Hantu Putih" ini (atau lebih dikenal masyarakat dengan sprititesses), berhamburan keluar dari dalam kapal, mendobrak pos penjagaan terdepan pemberontak. Para pemberontak yang sangat percaya akan keberadaan Hantu putih ini, kaget, terpana dan ketakutan melihat kelebatan bayangan putih melayang-layang disekitar mereka (jubah putih yang diikat kayu dan tertiup angin) sambil melepaskan rentetan tembakan yang riuh rendah.

Ternyata semangat melawan pemberontak hilang sama sekali, mereka percaya bahwa mereka berhadapan dengan hantu, bukan manusia biasa. Ketika akan didekati, para pemberontak yang disergap itu terkejut, secara reflek melemparkan ayam yang sedang dibakarnya tepat mengenai anggota pasukan Garuda III. Hanya sekitar setengah jam, markas pemberontak dapat di kuasai, Ribuan pemberontak beserta keluarganya menyerah, puluhan yang lain tewas dan luka-luka, sedangkan dipihak RPKAD cedera 1 orang, terkena pecahan proyektil RPG. Dengan sigap, tawanan dikumpulkan. Tidak lama kemudian, bantuan dari pasukan di markas pun tiba, beserta pasukan PBB yang lain dari India, Malaysia, Filipina.

Sejak itu, anggota Garuda III di kenal oleh orang-orang Kongo dengan julukan Les Spiritesses, pasukan yang berperang dengan cara yang tidak biasa dilakukan orang !!. Bisa dibayangkan, dengan hanya berkekuatan 30 orang bisa menawan sekitar 3000an pemberontak bersenjata lengkap!!! Keesokan harinya, pimpinan operasi dan Komandan Garuda III dipanggil menghadap oleh Panglima Pasukan PBB di Kongo, Letnan Jenderal Kadebe Ngeso dari Ethopia. Ia mengatakan bangga dan takjub atas keberhasilan RPKAD Garuda III menawan basis terbesar pemberontak dan 3000an lainnya tanpa jatuh korban. Namun ia kecewa. Tentara Indonesia katanya tidak bertanggungjawab, irresponsible terhadap pemberontak yang ditawan itu. Kenapa sampai dikatakan irresponsible?. Biasanya, standar operasi tentara, jika musuh berkekuatan 3000 orang, harus disergap dengan kekuatan 3 kali lipat, yaitu 9000 personel. Nah, jika 3000 orang musuh dihadapi hanya dengan kekuatan 30 sampai 50 orang, itu namanya irresponsible dan tidak masuk akal. Mustahil dan nekad!! Bagaimana seandainya para pemberontak tersebut melawan? dan ada yang membocorkan taktik Hantu Putih tersebut? tanya panglima PBB di Kongo.

Apapun, sanjungan dan pujian, serta decak kagum tetap di lontarkan, dan strategi penyerangan ini sampai sekarang masih menjadi legenda Misi Pasukan Perdamaian PBB. Mungkin kisah ini banyak yang tidak tahu, terutama masyarakat tanah air sendiri. Yang jelas, ini sudah bukti nyata keberhasilan anak-anak bangsa kita mengharumkan nama Indonesia, RPKAD khususnya di seantero dunia. Jelas cara taktik, muslihat, strategi serangan ini menjadi bahan penyelidikan Pasukan PBB lainnya, dan tentu saja menjadi legenda hingga sekarang.

Post Asli : "RPKAD Garuda III Kongo 1962 Les Spiritesses"
oleh Rudy79 (Kaskus member)
Editor : Abbe Ce
Sumber : Biografi Letjen TNI (Purn) Kemal Idris (Alm)