Pasukan Linud KOSTRAD menggunakan rompi SAKTI
PARA kesatria (knight) di awal
abad pertengahan telah mengenal baju zirah sebagai alat pelindung dalam
peperangan. Perkembangan teknologi persenjataan membuat baju zirah menjadi
usang sehingga ditinggalkan dan berganti dengan 'body armor' yang lebih
fleksibel dan ringan.
Act of Velor (2012), film buatan
Hollywood yang skenarionya ditulis oleh Kurt Johnstad dan dibintangi oleh Alex
Veadov, Nestor Serrano, menampilkan pasukan khsusus Amerika Serikat (AS) yang
sedang melakukan operasi di darat, laut, dan udara. Sepanjang film ini akan
terlihat setiap anggota pasukannya mengenakan rompi antipeluru dalam setiap
aksinya. Bahkan rompi antipeluru itu terlihat dapat memuat segala jenis
peralatan taktis tempur.
Tuntutan alat tempur yang
fleksibel dan efektif dibenarkan oleh Kasi 2 Brigif Linud 17/ Kostrad, Mayor
(Inf) Agus Harimurti Yudhoyono. Agus menerangkan bahwa khusus untuk rompi anti
peluru, pihaknya telah melakukan proses modernisasi dan pembaharuan untuk
kelengkapan alat tempur ini.
“Kita menyadari bahwa dunia itu
mengalami perubahan cepat, situasi yang terjadi di negara lain,” ujar Agus saat
berbincang dengan detikcom saat mempersiapkan Pameran Alutsista dalam rangka
HUT ke-67 TNI di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (4/10/2012).
Dari semangat untuk melakukan
perubahan dan modernisasi di tubuh TNI, selain dukungan KSAD Jenderal Pramono
Edhie Wibowo yang meminta untuk dilakukan modernisasi kelengkapan prajurit
tempur lintas udara, Agus bersama rekan-rekannya membuat rompi antipeluru yang
khusus bagi tentara Indonesia.
“Kebetulan waktu itu kami yang
mengawaki dan mendapatkan angin segar dan kesempatan yang luar biasa untuk
berbuat sesuatu,” kata Agus.
Rompi itu kemudian diberi nama
SAKTI (Sistem Angkut Kelengkapan Tempur Individu). Rompi ini didesain khusus
untuk keperluan tempur TNI AD. Agus menyebutkan bahwa rompi ini terbagi dalam
dua bagian. Bagian pertama adalah Rompi Angkut Sakti (RAS) dan yang kedua
adalah Rompi Balistik Sakti (RBS). Dengan Rompi ini, Agus ini berharap
keselamatan prajurit di lapangan dapat ditingkatkan.
“Karena kita tidak punya nyawa
cadangan,” ujar anak pertama dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.
Lalu apa yang membedakan rompi
SAKTI ini dengan rompi yang lain? Agus menjelaskan, secara keseluruhan rompi
ini mirip dengan rompi yang dimiliki oleh negara-negara lain. Pembuatan rompi
ini disesuaikan dengan kebutuhan prajurit TNI di lapangan seperti kondisi alam
Indonesia dan kelompok yang bertugas.
“Ciri khasnya kan warna kita yang
sesuai dengan vegetasi kita,” ucapnya.
Butuh setengah tahun untuk
mendesain rompi SAKTI ini. Bahkan untuk desainnya saja, Agus menyebut timnya
melakukan perombakan sebanyak sepuluh kali. Agus juga tidak segan-segan
melibatkan tim dari luar untuk meminta masukan.
“Saya punya prinsip kita tidak
bisa maju sendiri dan butuh masukan dari luar dan berdiskusi dengan teman-teman
dan itu saya rasakan sangat baik,” terangnya.
Warna rompi SAKTI terlihat
berbeda dengan warna seragam TNI pada umumnya. Warnanya mirip hijau muda dengan
dasar agak putih. Setiap Rompi Balistik Sakti (RBS) dengan posisi setiap
prajurit yang berbeda-beda semisal prajurit medis, prajurit telekomunikasi. "Warnanya
akan mengarah ke sini nantinya,” ujarnya.
Sumber :
garudamiliter
Editor : Abbe