Kamis, 14 Februari 2013

Rompi militer S.A.K.T.I buatan KOSTRAD


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3pnc6Xm02Ydats9Ady9CRgBGX7UtuiE0atshyphenhyphenUWsFRtdalprGB2eUYqBghxpuD2hAzhtc63Hq5bY92IrbSnp9YeYdIblgxw-BUFJ5l8giiCG_KQ49B0USVaDzJfQVw1aDm0-gbMIigko/s1600/43174326778331332512819.jpg 
 Pasukan Linud KOSTRAD menggunakan rompi SAKTI

PARA kesatria (knight) di awal abad pertengahan telah mengenal baju zirah sebagai alat pelindung dalam peperangan. Perkembangan teknologi persenjataan membuat baju zirah menjadi usang sehingga ditinggalkan dan berganti dengan 'body armor' yang lebih fleksibel dan ringan.

Act of Velor (2012), film buatan Hollywood yang skenarionya ditulis oleh Kurt Johnstad dan dibintangi oleh Alex Veadov, Nestor Serrano, menampilkan pasukan khsusus Amerika Serikat (AS) yang sedang melakukan operasi di darat, laut, dan udara. Sepanjang film ini akan terlihat setiap anggota pasukannya mengenakan rompi antipeluru dalam setiap aksinya. Bahkan rompi antipeluru itu terlihat dapat memuat segala jenis peralatan taktis tempur.

Tuntutan alat tempur yang fleksibel dan efektif dibenarkan oleh Kasi 2 Brigif Linud 17/ Kostrad, Mayor (Inf) Agus Harimurti Yudhoyono. Agus menerangkan bahwa khusus untuk rompi anti peluru, pihaknya telah melakukan proses modernisasi dan pembaharuan untuk kelengkapan alat tempur ini.

“Kita menyadari bahwa dunia itu mengalami perubahan cepat, situasi yang terjadi di negara lain,” ujar Agus saat berbincang dengan detikcom saat mempersiapkan Pameran Alutsista dalam rangka HUT ke-67 TNI di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (4/10/2012).


Dari semangat untuk melakukan perubahan dan modernisasi di tubuh TNI, selain dukungan KSAD Jenderal Pramono Edhie Wibowo yang meminta untuk dilakukan modernisasi kelengkapan prajurit tempur lintas udara, Agus bersama rekan-rekannya membuat rompi antipeluru yang khusus bagi tentara Indonesia.

“Kebetulan waktu itu kami yang mengawaki dan mendapatkan angin segar dan kesempatan yang luar biasa untuk berbuat sesuatu,” kata Agus.

Rompi itu kemudian diberi nama SAKTI (Sistem Angkut Kelengkapan Tempur Individu). Rompi ini didesain khusus untuk keperluan tempur TNI AD. Agus menyebutkan bahwa rompi ini terbagi dalam dua bagian. Bagian pertama adalah Rompi Angkut Sakti (RAS) dan yang kedua adalah Rompi Balistik Sakti (RBS). Dengan Rompi ini, Agus ini berharap keselamatan prajurit di lapangan dapat ditingkatkan.

“Karena kita tidak punya nyawa cadangan,” ujar anak pertama dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.

Lalu apa yang membedakan rompi SAKTI ini dengan rompi yang lain? Agus menjelaskan, secara keseluruhan rompi ini mirip dengan rompi yang dimiliki oleh negara-negara lain. Pembuatan rompi ini disesuaikan dengan kebutuhan prajurit TNI di lapangan seperti kondisi alam Indonesia dan kelompok yang bertugas.

“Ciri khasnya kan warna kita yang sesuai dengan vegetasi kita,” ucapnya.

Butuh setengah tahun untuk mendesain rompi SAKTI ini. Bahkan untuk desainnya saja, Agus menyebut timnya melakukan perombakan sebanyak sepuluh kali. Agus juga tidak segan-segan melibatkan tim dari luar untuk meminta masukan.

“Saya punya prinsip kita tidak bisa maju sendiri dan butuh masukan dari luar dan berdiskusi dengan teman-teman dan itu saya rasakan sangat baik,” terangnya.

Warna rompi SAKTI terlihat berbeda dengan warna seragam TNI pada umumnya. Warnanya mirip hijau muda dengan dasar agak putih. Setiap Rompi Balistik Sakti (RBS) dengan posisi setiap prajurit yang berbeda-beda semisal prajurit medis, prajurit telekomunikasi. "Warnanya akan mengarah ke sini nantinya,” ujarnya.

Sumber : garudamiliter
Editor : Abbe

Rabu, 13 Februari 2013

Pengendalian konsumsi BBM hemat Rp15 triliun


 


Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan program pengendalian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang dilakukan Kementerian ESDM tahun 2013 dapat menghemat belanja hingga Rp15 triliun.

"Saya yakin pengendalian bisa berkurang, mungkin di sekitar Rp15 triliun," katanya di Jakarta, Selasa.

Hatta mengharapkan program pengendalian BBM bersubsidi dengan penggunaan teknologi informasi dapat berlangsung efektif dan menyerahkan implementasi sepenuhnya kepada PT Pertamina.

"Tahun 2013 ini sudah diputuskan, jadi sudah harus dipasang. Teknisnya tanya Pertamina," katanya.

Hatta memastikan pemerintah akan lebih fokus untuk melakukan pengendalian serta konversi gas, dibandingkan untuk menyesuaikan harga BBM bersubsidi pada 2013.

"Kami belum memikirkan soal kenaikan harga, pokoknya belum kita bahas. Kami konsentrasi ke pengendalian, penghematan dan konversi," katanya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Agus Martowardojo meminta Kementerian ESDM untuk kembali melakukan pengendalian BBM bersubsidi pada 2013, yang selama dua tahun terakhir tidak berjalan maksimal.

Hal itu, kata dia, harus diupayakan karena pengendalian konsumsi yang kurang maksimal menyebabkan peningkatan belanja subsidi energi, yang dalam jangka panjang dapat membahayakan kesinambungan fiskal.

Berdasarkan data per Desember 2012, belanja subsidi energi yang ditetapkan sebesar Rp202,4 triliun, dalam realisasinya melebihi pagu hingga mencapai Rp306,5 trilliun atau kelebihan 151,5 persen.

Dari realisasi tersebut, belanja subsidi BBM tercatat sebesar Rp211,9 triliun atau melebihi pagu Rp137,5 triliun (154,2 persen) dan subsidi listrik mencapai Rp94,6 triliun atau melebihi pagu Rp65 triliun (145,6 persen).

Volume BBM bersubsidi yang ditetapkan sebesar 40 juta kiloliter pada 2012, dalam kenyataan konsumsinya mencapai 45,2 juta kiloliter akibat kebijakan pengendalian yang kurang berhasil.

Pemerintah dalam APBN 2013 memberikan pagu belanja subsidi energi sebesar Rp274,7 triliun dengan rincian subsidi BBM Rp193,8 triliun dan subsidi listrik Rp80,9 triliun, dengan volume sebesar 46 juta kiloliter.

Sumber : AntaraNews
Editor : Abbe

Selasa, 12 Februari 2013

TNI Pimpin Latihan Shelter Tentara Perancis di satuan UNIFIL



TNI Pimpin Latihan Shelter Tentara Perancis

Sinkronisasi komando TNI dengan Tentara Prancis di satuan UNIFIL PBB

Latihan Shelter merupakan salah satu latihan yang menjadi tugas dan tanggung jawab Satgas Force Head Quarter Support Unit(FHQSU). Latihan ini bertujuan untuk mempersiapkan personel baik militer maupun sipil agar siap menghadapi situasi darurat, yaitu Bombarment dari segala lintas lengkung dan peluru kendali yang bisa mengancam personel yang berada di Markas Besar UNIFIL yang terdiri dari berbagai negara: Indonesia, Italia, Prancis, Srilanka, Malaysia, Ghana, Tanzania, India, Kamboja, dan Austria.       

Kontingen Perancis yang tergabung dalam FCR (Force Commander Reserves) melaksanakan kegiatan latihan Shelter atas perintah Dansatgas TNI Konga/UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon), Kolonel Inf Karmin Suharna S.Ip, MA, Senin (4/2). Pengawasan kegiatan latihan shelterKontingen Perancis berada di bawah Supervisi Mayor Kav Harry Purnomo sebagai FP Center Chief.     Latihan dimulai dengan aktifitas alarm yang dilakukan oleh Lettu Inf Argo Infantrianto yang dibantu oleh Kapten Arnaud Batoz (Perancis) sebagai penyelenggara latihan.

Setelah alarm berbunyi, seluruh personel Kontingen Perancis segera menuju ke shelter yang telah ditentukan dengan membawa perlengkapan perorangan masing-masing. Untuk personel Militer membawa senjata, helm, rompi anti peluru, dan ransel militer perorangan.  Sedangkan untuk personel sipil menggunakan helm dan rompi anti peluru.   Dalam waktu 5 menit shelter Komando sudah beroperasi untuk memantau perkembangan situasi di luar dan juga memeriksa jumlah personel yang hadir  di tiap-tiap shelter dengan menggunakan radio antar shelter.  Latihan ini dilaksanakan oleh 108 personel yang terdiri dari 81 personel militer dan 27 personel sipil selama kurang lebih 30 menit tanpa ada kendala yang berarti dan dapat terlaksana dengan baik berkat perencanaan serta kesiapan yang optimal.

Latihan tersebut membuktikan kemampuan para prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas FHQSU untuk merencanakan dan menyelenggarakan latihan dengan para personel baik sipil ataupun militer yang tergabung dalam UNIFIL.


Sumber : Kabar Indonesia
Editor : Abbe

Minggu, 10 Februari 2013

6 SUKHOI, T-50, SUPER TUCANO TIBA DI INDONESIA TAHUN INI


Sukhoi Su-30MK2  Sukhoi T-50 Russia

Pada tahun ini, TNI Angkatan Udara melalui Kementerian Pertahanan akan mendapatkan alutsista baru antara lain beberapa pesawat tempur/latih T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan dan 6 Sukhoi Su-30MK2 dari Rusia. Hal ini mempertegas komitmen pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kemampuan TNI melalui peningkatan jumlah alutsista modern.
"Ada program yang renstra pertama yang lima tahunan itu untuk mendatangkan beberapa alutsista. Sebetulnya proses pembangunan pertahanan ini adalah domainnya kementrian pertahanan. Tapi perlu diketahui bahwa dalam tahun ini kita kedatangan pesawat T 50 dari korea, lalu kedatangan pesawat Sukhoi dengan jumlah 6 unit lagi," kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia.

Hal tersebut disampaikan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia di sela-sela acara Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AU 2013 di Mabes TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (6/2/2013).

Selain dua jenis pesawat itu, tahun ini TNI AU juga akan mendapatkan pesawat tempur Super Tucano dari pabrikan Embraer Brasil yang rencananya didatangkan sebanyak 16 unit. Saat ini, 4 unit sudah didatangkan ke Indonesia dan batch kedua 4 unit lagi akan datang pada tahun ini.

"Periode berikutnya bertahap 4 unit lagi, kemudian F-16 dari Amerika keseluruhan 24 unit, bertahap akan datang. Diharapkan pertengahan 2014 akan datang 4 unit yang sudah ditingkatkan kemampuannya," tuturnya.

Jenderal bintang tiga TNI AU ini juga menjelaskan, untuk meningkatkan alutsista yang semakin kuat, TNI AU ke depan juga rencana ada penambahan Pesawat Hercules dari Australia yang sudah diupgrade. "Heli juga ada dengan pengadaan dalam negeri, PT DI. CN 235 dan Casa juga dengan PT DI," pungkasnya.

Anggaran TNI AU 2013 Naik 8,3 Persen

KSAU Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia menyatakan besar anggaran TNI AU di Tahun Anggaran (TA) 2013 secara keseluruhan tak jauh berbeda dengan TA 2012. Kenaikan tahun ini mencapai 8,3 persen. Kenaikan tersebut untuk anggaran non-pendidikan sebesar Rp 458,1 miliar. Dengan kenaikan tersebut, TNI AU perlu betul-betul mengoptimalkan anggaran yang ada dengan membuat prioritas kegiatan dan belanja secara cerdas dan cermat.

Mengenai anggaran tersebut, dia menjelaskan harus diprioritaskan untuk kegiatan dan belanja secara cerdas dan cermat. Sebab untuk alokasi anggaran pemeliharaan dan perawatan alutsista, kenaikannya dinilai sangat kecil.

"Saya memahami bahwa dengan keterbatasan alokasi anggaran pemeliharaan akan berpengaruh terhadap kesiapan alutsista dan kesiapan satuan," tutur Bagus.

Tapi, jika anggaran yang terbatas itu dapat dikelola dengan efektif, efesien, dan benar maka hasilnya adalah peningkatan kesiapan TNI AU. "Saya berharap dengan semangat Swa Bhuwana Paksa, profesionalisme awak pesawat tetap dapat ditingkatkan dan dipertahankan," ungkap Bagus.

Sumber : Liputan 6
Kredit foto : Flickriver/Sergio J. Padron A
Editor : Abbe

Rabu, 06 Februari 2013

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Yakin RI Luncurkan Satelit Secara Mandiri di 2025


Eksplorasi antariksa negara-negara maju sudah mencapai Planet Mars dan sedang menjajaki untuk mengeksplorasi asteroid dalam waktu beberapa tahun ke depan. Tak mau ketinggalan terlalu jauh, Indonesia rupanya kini mulai ikut mengembangkan teknologi untuk mengeksplorasi antariksa.




Langkah awalnya adalah dengan meluncurkan satelit secara mandiri. Target ini diharapkan bisa dicapai dalam kurun waktu belasan tahun mendatang.

"Tahun 2025, kita sudah akan bisa meluncurkan satelit sendiri. Setelah itu kita menuju program ke Bulan," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Bambang S. Tedja, Selasa 27 November 2012.



Roket LAPAN RPS 420/320

Dia menerangkan program eksplorasi bulan akan menjadi patokan untuk eksplorasi tingkat lanjut. Ia yakin pada 2025, seiring dengan terwujudnya bandara antariksa nasional, Indonesia dapat meluncurkan satelit yang bakal mengorbit di ketinggian 650 kilometer.

"Kita bisa lah pada waktunya nanti. Apalagi tahun depan kami akan meluncurkan roket untuk ujicoba," ujar Bambang.

Keyakinan tersebut didasarkan pada kesiapan LAPAN meluncurkan roket Sonda RX-550 tahun depan. Itu merupakan roket pendorong peluncuran satelit berukuran 6 meter, berdiameter 550 milimeter, dan berat 3 ton.

"Roket itu mampu mencapai ketinggian lebih dari 100 km, dan jangkauannya mencapai 300 km," katanya.

LAPAN telah melakukan uji statis roket RX-550 pada 2011 dan 2012. Uji statis merupakan pengujian di darat untuk mengetahui kinerja dan daya dorong roket saat tinggal landas. Pada 2013 dan 2014 RX-550 akan menjalani uji terbang masing-masing satu tingkat dan dua tingkat.

Meski optimistis pada 2025 nanti Indonesia akan mampu meluncurkan satelit secara mandiri, Bambang mengakui Indonesia harus mengatasi tantangan soal penempatan slot satelit di antariksa. "Slot itu harus diiisi. Ini saja masih menjadi tantangan," katanya.

Sumber : The Global Review
Editor    : Abbe